Sejarah Desa “Botodayaan”
SIDA Today 19 Maret 2020 09:23:36 WIB
Sejarah Desa “Botodayaan”
Sejarah berdirinya Botodayaan secara pasti tanggal dan tahun sangat sulit untuk dipastikan, menurut hasil dari masukan para sesepuh dan berbagai pihak Botodayaan berdiri berkisar pada tahun 1900 yang pada saat itu belum dinamakan Desa atau Kalurahan tetapi masih dengan sebutan Bekel, dan dipimpin seorang Bekel yang bernama Bapak Martorejo, tempat dan kedudukannya berada di dusun Dayaan, nama Botodayaan diambil dari nama Tumbuhan Doyo yang Tumbuh di sebuah batu sehingga dijadikan nama Botodayaan. Bapak martorejo memimpin Botodayaan mulai tahun 1900 sampai tahun 1910 ini adalah pemimpin Botodayaan yang I (pertama). Setelah tahun 1911 munculah sebuah tatanan yang dulu disebut pranatan dari zaman bekel menjadi Kalurahan perubahan itu bersamaan dengan pergantian pimpinan di kalurahan Botodayaan yaitu Bapak Dipo Arjodinomo yang bertempat tinggal di Dusun Bototlogo yang dulu sebuah danau yang kemudian akibat alam menjadi dataran dan jadilah sebuah dusun Bototlogo. Bapak Dipo Arjodinomo sempat memimpin kalurahan Botodayaan dari tahun 1911 sampai tahun 1916 dan merupakan pemimpin Botodayaan yang ke II (Dua). Setelah berakirnya bapak Dipo Arjodinomo munculah pemimpin baru sebagai Lurah yang ke III (Tiga) di Botodayaan yaitu Bapak Prawiro Pranoto yang beralamatkan di dusun Bototengah dan memimpin Kalurahan Botodayaan dari tahun 1917 sampai tahun 1926. Jabatan Bapak Prawiro Pranoto ditahun 1926 dan digantikan beliau Bapak Patmo Wiharjo sebagai Lurah Botodayaan, bapak Patmo Wiharjo bertempat tinggal di dusun Dayaan, menjabat sebagai lurah mulai tahun 1926 sampai tahun 1946. Pada tahun 1946 Botodayaan terdiri dari 16 Dusun Yaitu Gendis Weru, Bototlgo, Bototengah, Botolor, Dayaan, Condong jati Kenteng, Sambikidul Mojing sambilor, Wuluh, Ngurak-urak, Ngasem, Ngelo lemah amblong, Kedung, Kembang, Karang, Cabe tipes, Kerjo. pada tahun 1946 terjadilah pergantian pimpinan di kalurahan Botodayaan yang pada waktu itu di jabat oleh Bapak Sucitrosastro yang beralamatkan di Bototlogo, bapak Sucitrosastro memimpin Botodayaan dari Tahun 1946 hingga tahun 1970. Semasa Kepemimpinan Bapak Sucitro sastro terjadi perubahan dusun yang dulu hanya 16 dusun menjadi 21 dusun yaitu : Gendis, Weru, Bototlogo, Bototengah, Botolor, Dayaan, Condong, Sambikidul, Sambilor, Wuluh, Ngasem, Ngelo, Jati, Kembang, Karang, Kedung, Cabe, Tipes, dan Kerjo perubahan tersebut terjadi pada tahun 1967. Tahun 1970 sampai 1974 penjabat lurah desa dipegang oleh beliau bapak Cipto Pranoto. Bapak Pariyo Asih Purwanto beliau memimpin Botodayaan dari tahun 1974 hingga tahun 1996. Masa jabatan bapak Pariyo Asih Purwanto berakhir tahun 1996 dan selanjutnya digantikan Penjabat sementara Kepala Desa Botodayaan yang pada saat itu dijabat beliau Bapak Sarno Efendi dari Desa Semugih. Bapak Sarno Efendi sebagai Penjabat sementara kurang lebih 1 (satu) tahun hingga tahun 1997. Dan mulai tahun 1997 sampai tahun 1999 dijabat kembali oleh Bapak Pariyo Asih Purwanto hingga berakhir ditahun 1999. Dan mulai tahun 1999 sampai tahun 2002 dipegang oleh penjabat sementara yaitu Bapak Ali Saptana. Dan selanjutnya dari tahun 2002 sampai tahun 2012 dipimpinan Bapak Mujiyakno sebagai Kepala Desa Botodayaan dan berakhir 13 Juli 2012. Selanjutnya mulai tanggal 13 Juli 2012 pimpinan Desa Botodayaan dipegang oleh Bapak Wasija periode tahun 2012-2018. Setelah purna dilangsungkan Pemilihan Kepala Desa serentak pada tanggal 13 oktober 2018 dan terpilih kembali Bp. Wasija, A.Md. dan terlantik pada tanggal 26 Nopember 2018 untuk memimpin Desa Botodayaan di periode tahun 2018 – 2024.
Formulir Penulisan Komentar
Pencarian
Statistik Kunjungan
Hari ini | |
Kemarin | |
Pengunjung |