PKMK UGM Menyapa Karangwuni-Botodayaan dalam Diskusi Ketahanan Pangan dan Kesehatan Mental
SIDA Today 20 Februari 2024 16:04:15 WIB
Harmoni Kesra dan Perangkat Desa: PKMK UGM Menyapa Karangwuni-Botodayaan dalam Diskusi Ketahanan Pangan dan Kesehatan Mental
Rongkop Yogyakarta - Setiap perjalanan dimulai dari satu langkah pertama. Dalam konteks studi penilaian kebutuhan, Pusat Kebijakan Manajemen Kesehatan (PKMK) UGM kembali menyelenggarakan FGD bersama para pemangku kepentingan terkait.
Kali ini, FGD dilaksanakan pada Jumat (16/2) di Griya Dhahar Banglipuran, Melikan Rongkop. PKMK UGM menggelar diskusi tersebut dengan merangkul isu-isu krusial seperti ketahanan pangan, gizi, dan kesehatan mental dengan tujuan utama menggali informasi mendalam pada setiap stakeholder yaitu Bagian Kesra, Ketua PKK, Kader Posyandu dan Organisasi Keagamaan Pemuda sehingga merangsang pemikiran inovatif yang dapat memberikan solusi nyata bagi masyarakat desa. Tujuan FGD kali ini adalah untuk mengumpulkan perspektif peserta tentang situasi ideal mengenai masalah ketahanan pangan, gizi, dan kesehatan mental pada remaja sebelum, selama, dan setelah pandemi COVID-19. Selain itu, mengumpulkan dukungan di masa lalu dan saat ini dari pemangku kepentingan pada multi-level terhadap gizi remaja, ketahanan pangan, kesehatan mental, dan anemia.
Turut hadir dalam FGD ini yaitu, Lurah Botodayaan (Wasija), PKK Botodayaan (Hartini, Sudarmi, dan Noviyanti), Bagian Kesra/ kesejahteraan rakyat (Sabingi), Kamituwa Karangwuni (Indra Dwi R), Posyandu Karangwuni (Warini, Iin Laraswati), dan PCPM Rongkop Nurul Imam Bukhori, Bambang Dianto).
Kegiatan FGD ini, dimulai dengan sambutan dari fasilitator Tim UGM oleh Nida Adzilah Auliani S.Gz. Kemudian di lanjutkan dengan diskusi bersama stakeholder terkait.
Terkait pola makan remaja, Ketua PKK, Sudarmi mengatakan pola makan remaja sekarang lebih senang makan junk food, seperti sosis goreng, seblak, dan lain-lain. Sedangkan untuk memakan sayur dan buah sangat jarang sekali.
PKK Botodayaan, Noviyanti, menambahkan bahwa remaja di daerah botodayaan memiliki kesadaran yang rendah untuk konsumsi makanan sehat, begitupun kesadaran membeli, di mana faktor ekonomi juga menjadi kendala utama.
Sedangkan dalam rangka meningkatkan kesehatan dan gizi remaja, pemerintah desa mengharapkan sekolah melakukan sosialisasi tentang pentingnya makanan dan bisa dimasukan dalam kurikulum pembelajaran di setiap sekolah.
Bagian Kesra, Sabingi, menambahkan terkait kesehatan remaja dan gizi, ia mengharapkan sebaiknya orang tua sebisa mungkin membiasakan makanan yang sehat dan bergizi sedari kecil oleh orang tuanya.
Kemudian dari sisi orang tua, pemerintah desa mengharapkan lebih banyak sosilisasi kepada orang tua mengenai kesadaran mengkonsumsi yang bergizi, pemantauan konsumsi Tablet Tamba Darah (TTD), serta orangtua di harapkan menyediakan makanan yang lebih sehat.
Disinilah peran perangkat desa, PKK, organisasi kemasyarakatan, mahasiswa dan lembaga-lembaga terkait untuk membantu mensosialisasikan kesehatan remaja sampai di tingkat paling bawah.
Selanjutnya mereka menambahkan bahwa sebaiknya lebih memanfaatkan makanan bergizi di lingkungan sekitarnya, entah di kebun dan lainnya. Seperti pisang, dan buah lainnya yang merupakan makanan lokal.
Terkait kesehatan mental remaja, Sabingi, Indra Dwi R, dan Bambang D, mengatakan bahwa dalam menghadapi masalah kesehatan jiwa pada remaja laki laki dan perempuan memiliki cara yang berbeda.
Menurutnya remaja perempuan lebih mudah untuk terkena gangguan mental karena tak mudah untuk mengekspresikannya. Sedangkan remaja laki-laki lebih mudah mengelola stres dengan berkumpul bersama teman-teman atau menekuni hobi. Namun, ada pula yang memiliki pergaulan yang kurang baik sehingga pengelolaan stres cenderung lebih ke arah negatif, contohnya balapan motor dan minum-minuman keras.
Berbagai stakeholder menyampaikan ide-ide inovatif untuk meningkatkan produksi pangan lokal sambil memperhatikan aspek keberlanjutan dan kesehatan mental masyarakat. Kesra turut aktif memberikan perspektif dari tingkat desa, memastikan bahwa solusi yang diusulkan dapat terintegrasi secara efektif dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Kegiatan ini bukan hanya diskusi, tapi juga momentum untuk membangun jaringan yang kuat antara universitas dan masyarakat desa. Harapannya, sinergi ini akan menjadi contoh inspiratif untuk proyek serupa di seluruh Indonesia.
Dengan semangat kolaborasi yang kuat, PKMK UGM, Kesra, PKK, Kader Posyandu dan Organisasi Keagamaan Pemuda membawa harapan baru untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan sejahtera di Desa Karangwuni-Botodayaan.
Reporter: Awal
Formulir Penulisan Komentar
Pencarian
Statistik Kunjungan
Hari ini | |
Kemarin | |
Pengunjung |